Jumat, 22 Oktober 2010

Guru BP, tempat konsultasi atau bagian ngasih sanksi

Masih ingat waktu dulu sekolah di SMP dan SMA. TIap satu minggu ada satu jam pelajaran untuk guru BP. Waktu SMP tiap kali guru BP masuk biasanya ada satu buku besar yang dibagikan dan biasanya kami disuruh untuk untuk menyelesaikan beberapa pertanyaan pada satu bab tertentu. Hanya saja berbeda dengan pelajaran lainnya tentu, kalau menyelesaikan tugas guru BP gak perlu belajar dulu karena pertanyaannya biasanya seputar tujuan kita nantinya setelah lulus sekolah.
Itu satu sisi, sisi lain guru BP waktu itu yang saya rasakan lebih banyak ngasih sanksi kalau ada siswa yang melanggar aturan sekolah misal rambut siswa laki-laki yang agak panjang, bolos dll. Waktu SMA peran ini diperkuat oleh satu institusi sekolah bernama STP2K cuma dah lupa kepanjangannya apa.
Itu memori saya tentang guru BP jaman saya sekolah dulu. Sayapun pernah merasakan orang tua saya
dipanggil kesekolah (he he ternyata mantan terdakwa ya). Penyebabnya saya yang waktu kelas satu di tes IQ katanya sih paling tinggi dikelas waktu kenaikan kelas 2 ke kelas 3 peringkat saya sangat luar biasa karena mendapat peringkat 45 dari 47 siswa dengan dua mata pelajaran bernilai merah menyala.
Herannya sampai saya lulus saya belum pernah ditanya kenapa prestasi saya demikian jelek.
Ini satu pengalaman saya semoga saat ini peran guru BP kalau masih ada tidak seperti ini lagi. Kenapa? Karena menurut saya semestinya lembaga ini menjadi tempat konseling, tempat untuk menyelesaikan persoalan dan kendala yang dialami siswa dalam menjalani proses pembelajaran.
Siswa yang "nakal" dalam pandangan guru atau masyarakat umum seestinya tidak serta merta diberikan sanksi/hukuman seperti peran polisi yang menegakkan aturan hukum. Di institusi sekolah peran guru BP bisa dimaksimalkan dengan melakukan konseling dan komunikasi insentif dengan siswa yang "nakal" ini. Membantu mereka mencari penyebab/akar permasalahannya dan mencari solusi dari masalah yang dialami.
Selain itu juga membantu komunikasi antara siswa dan guru. Kenapa ini penting. Karena adakalanya cara mengajar guru cocok untuk sebagian siswa dan sangat tidak disukai oleh siswa yang lain, bahkan mungkin ada guru yang sebetulnya cara mengajarnya tidak disukai semua siswa namun beberapa siswa dengan kesadaran dan motivasinya tetap dapat menguasai materi yang diberikan sedang siswa yang lain hampir dapat dipastikan tidak menguasai materi yang diberikan. Disini peran perantara komunikasi antara guru dan murid diperlukan.
Semoga peran guru BP sekarang sudah lebih dari yang saya sampaikan dan memahami psikologi siswa sesuai usia dan tingkat pembelajarannya.

1 komentar:

Mobile App Developers mengatakan...

Great article, Thanks for your great information, the content is quiet interesting. I will be waiting for your next post.

Posting Komentar